Senin, 29 Juni 2009

PENGARUH TAK : STIMULASI SENSORIS TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MEMBERI RESPONS DAN MENGEKSPRESIKAN PERASAAN DI RSJ PROPINSI BALI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organizatin (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Diperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Di Indonesia diperkirakan sebanyak 246 dari 1000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Angka ini menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa dimasyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari cemas, depresi, stres, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. (Yosep,2007)
Gangguan jiwa merupakan proses psikologis dari seseorang yang tidak berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam keadaan sehari hari, oleh karena menyulitkan diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Gangguan jiwa yang menonjol adalah gejala yang patologik dari faktor psikologik, berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu yang sakit dan menderita adalah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwa/ lingkungannya. (Maramis, 1995). Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Gangguan tersebut dibagi dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa (neurosa) dan sakit jiwa (psikosa/ psikosis). Gangguan terlihat dalam berbagai macam gejala yang menyertai seperti gangguan kognisi, gangguan perhatian, gangguan ingatan, gangguan asosiasi, gangguan pertimbangan, gangguan pikiran, gangguan kesadaran, gangguan kemauan, gangguan emosi dan afek, dan gangguan psikomotor. (Yosep, 2007).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku, untuk dapat memahami diri klien seutuhnya dalam memenuhi kebutuhan bio- psiko sosial. Asuhan keperawatan ditujukan kepada klien untuk dapat menjalankan kehidupan sehari hari, sehingga dapat menjalankan aktifitas sesuai dengan perannya. ANA (American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan mental dan psikistrik sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan menggunakan diri sendiri sebagai kiatnya. Stuart & Sundeen,1998).
Dalam memberi palayanan kesehatan kepada klien seorang perawat dituntut ketrampilan dan kiat- kiat sesuai perkembangan ilmu dan teknologi berdasarkan hubungan terapiutik. Hubungan terapiutik merupakan serangkaian suasana dan situasi yang tercipta antara individu yang memerlukan dan individu yang memberi bantuan dalam suatu setting pelayanan kesehatan. Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan.
Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan dalam parawatan klien gangguan jiwa difokuskan pada klien secara individu, kelompok, keluarga maupun komunitas. Pemberian jenis-jenis terapi harus sesuai dengan tahap penanganan klien gangguan jiwa yaitu tahap penanganan krisis, tahap penanganan fase akut, tahap penanganan fase pemeliharaan dan tahap peningkatan kesehatan. Pada klien fase pemeliharaan salah satu intervensi yang diberikan adalah pemberian terapi aktivitas kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. Salah satu jenis terapi aktivitas kelompok untuk klien gangguan interaksi sosial : menarik diri adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat.(Kelliat B.A & Akemat,2004). Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya.
Rumah sakit jiwa Propinsi Bali merupakan pusat rujukan dalam merawat klien dengan gangguan jiwa di Bali. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di RS Jiwa Propinsi Bali, tiga bulan terakhir : bulan Juli sampai dengan Desember tahun 2008 rata-rata jumlah klien yang dirawat tiap bulan sebanyak 274 orang. Dari jumlah tersebut 266 orang atau 97,1% mengalami skizoprenia, dari 266 klien tersebut 52 orang atau 20% mengalami kerusakan interaksi sosial. Kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain atau suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (Rawlins, 1993). Kerusakan interaksi sosial terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya, kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan menghindar dari orang lain. Apabila tingkah laku tersebut tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang elbih berat seperti munculnya halusinasi, risiko mencederai diri dan orang lain dan penurunan minat kebutuhan dasar psikologis. Berdasarkan keterangan petugas dan catatan keperawatan klien, untuk klien dengan kerusakan interaksi sosial hanya dilakukan terapi kerja, sedangkan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori tidak pernah dilakukan. Asuhan keperawatan klien dengan kerusakan interaksi sosial dilakukan dengan pendekatan individu dan pendekatan kelompok. Hal ini dapat dilakukan terapi aktivitas kelompok, penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan kekambuhan serta pemulihan harga diri klien selama dirawat di Rumah Sakit. Dinamika kelompok membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok dapat memberikan dampak positif dan dapat membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif terutama pada pasien dengan kerusakan interaksi sosial yang salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan berespon dengan lingkungan sosialnya. Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mempunyai tujuan agar klien mampu memberikan respon dan dapat mengekspresikan perasaan adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori klien dapat menggunakan semua panca inderanya untuk merespon stimulus yang diberikan, sehingga klien dapat memberi respon yang adekuat, dengan kemampuan memberi respon terutama terhadap lingkungan diharapkan klien mampu meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut mendorong peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan klien memberi respon dan mengekspresikan perasaan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali”.

B. Rumusan Masalah.
Apakah ada pengaruh pelaksanaan TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan klien memberi respon dan mengekspresikan perasaan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan klien memberi respon dan mengekspresikan perasaan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengidentifikasi kemampuan klien memberi respon dan mengekpresikan perasaan sebelum dilakukan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori.
b. Untuk mengidentifikasi kemampuan klien memberi respon dan mengekpresikan perasaan setelah dilakukan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori.
c. Menganalisis pengaruh terapi Aktivitas Kelompok stimulasi sensoris terhadap kemampuan klien memberi respon dan mengekpresikan perasaan sebelum dan sesudah terapi

D. Manfaat Penelitian.
1. Hasi penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman perawat diruangan dalam memberikan asuhan keperawatan dan sebagai bukti dalam meningkatkan ketrampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan kerusakan interaksi sosial.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam mengembangkan ilmu praktis dibidang perawatan, dalam penerapan TAK khususnya terapi Aktivitas Kelompok stimulasi sensoris pada klien dengan kerusakan interaksi sosial.
3. Bagi klien dan keluarga membantu proses perbaikan dan pemulihan keadaan klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial, memberi informasi bagi klien dan keluarga tentang penanganan gangguan interaksi sosial dengan terapi Aktivitas Kelompok stimulasi sensoris dan meningkatkan kerja sama antara keluarga dengan petugas kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar